PRINSIP-PRINSIP DESAIN PESAN PEMBELAJARAN
1 Prinsip kcsiapan dan motivasi
Prinsip ini mengatakan bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran siswa/peserta belaiar memiliki kesiapan dan motivasi yang tinggi, maka hasil belajar akan lebih baik. Dengan ungkapan lain, agar terjadi kegiatan belajar dalam diri siswa/peserta belajar dan mencapai hasil belajar yang optimal, hendaknya siswa/peserta belajar telah memiliki kesiapan belajar, seperti kesiapan mental yang berupa kemampuan awal atau prasyarat belajar, motivasi, serta kesiapan fisik.
Kesiapan mental lebih diartikan sebagai kesiapan kemampuan awal atau bekal awal atau prasyarat belajar, yaitu pengetahuan yang telah dimiliki siswa atau peserta belajar yang dapat dijadikan pijakan atau dasar untuk mempelajari materi pelajaran yang baru. Misalnya, untuk mempelajari matematika lanjut, siswa harus telah menguasai pengantar matematika. Oleh sebab itu, dalam menyusun disain pesan pembelajaran, guru/perancang pembelajaran harus lebih dahulu mengetahui kesiapan siswa terutama yang berhubungan dengan kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa. Caranya, dapat melalui tes penjajagan atau tes prasyarat belajar yang diberikan pada siswa. Jika diketahui pengetahuan awal siswa belum mencukupi, maka dapat diadakan pembekalan atau matrikulasi.
Sedangkan kesiapan yang berhubungan dengan fisik, berarti bahwa siswa dalam melakukan kegiatan belajar tidak mengalami kekurangan atau halangan/cacat fisk, sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya untuk belajar melukis, siswa tidak boleh buta warna. Untuk belajar musik, siswa tidak terganggu pendengaranya, dan sebagainya.
Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan itu bisa berasal dari dalam diri seseorang (motivasi internal) atau dari luar diri orang tersebut (motivasi eksternal). Contoh motivasi internal misalnya seorang siswa, meskipun keadaan ekonominya kurang mendukung dia tetap bersekolah, karena dia mempunyai semangat dan cita-cita ingin meningkatkan kualitas hidupnya. Contoh motivasi eksternal misalnya, meskipun hujan Ana berangkat juga ke sekolah, karena kalau tidak masuk sekolah akan mendapatkan hukuman dari orang tua atau guru, maka ia takut dihukum.
Semakin tinggi motivasi siswa untuk belajar, semakin tinggi pula proses dan hasil belajarnya Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru berupaya mendorong motivasi siswa. Bagaimana caranya? Teknik untuk mendorong motivasi belajar siswa diantaranya dengan menunjukkan pentingnya atau keuntungannya mempelajari pesan pembelajaran yang sedang dipelajari, serta kerugiannya jika ia tidak mau mempelajarinya. Menunjukkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Mengkaitkan pesan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Mengkaitkan materi yang sedang dipelajari dengan topik-topik pelajaran yang sudah dipelajari anak, dan masih banyak contoh lainnya.
Dari uraian di atas maka kesiapan belajar dapat diartikan sebagai kondisi di mana siswa/peserta belajar telah memiliki bekal pengetahuan atau ketrampilan prasyarat yang diperlukan sebagai pijakan atau dasar untuk mempelajari inforrnasi baru. Sedangkan motivasi mengandung pengertian adanya dorongan, baik dari dalam maupun dari luar diri individu, yang membuat siswa/peserta belajar memiliki kemampuan untuk belajar. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar, misalnya:
a. Memberitahukan tujuan pembelajaran sebelum pelajaran dimulai.
b. Menjelaskan manfaat dan pentingnya materi pelajaran dalam kehidupan.
c. Menjelaskan hubungan atau kaitan antara materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan materi-materi lain yang sudah dipelajari.
d. Menyajikan garis besar materi (dapat dalam bentuk epitome atau advanced organizers ) dari materi yang dipelajari.
e. Menjelaskan akibat buruk atau kerugiannya jika tidak mempelajarinya.
2. Prinsip penggunaan alat pemusat perhatian
Prinsip kedua adalah penggunaan alat pemusat perhatian. Prinsip ini mengatakan bahwa jika dalam proses belajar perhatian siswa/si belajar terpusat pada pesan yang dipelajari, maka. proses dan hasil belajar akan semakin baik. Perhatian memegang peranan penting dalam kegiatan belajar. Semakin baik perhatian siswa, proses dan hasil belajar akan semakin baik pula. Sebaliknya, jika siswa kurang memperhatikan, maka hasil belajar akan menurun.
Namun, untuk mempertahankan perhatian siswa agar bertahan dalam waktu yang lama tidaklah mudah. Perhatian siswa sering terganggu oleh hal-hal lain di luar kegiatan belajar. Guru hendaknya berupaya untuk mempertahankan perhatian siswa agar bertahan lebih lama dalam proses belajar. Cara-cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mempertahankan perhatian siswa antara lain dengan menggunakan peta konsep, menata urutan pesan pembelajaran dan umum ke khusus, penyajian pesan-pesan pembelajaran dalam suatu layar dengan tidak melebihi kapasitas working memory, menyajikan gambar, menggunakan gerakan, dan lainnya. Penggunaan cara-cara demikian dimaksudkan agar perhatian siswa selalu tertuju dan tidak menyimpang dari konsep-konsep yang sedang dipelajari. Melakukan gerakan-gerakan yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa serta menggunakan media atau alat-alat pembelajaran dengan berbagai variasi warna dapat menarik perhatian siswa.
Guru rnenciptakan suasana yang bebas, menggembirakan, atau menimbulkan keriangan pada diri siswa dapat membantu mempertahankan perhatian siswa. Suatu saat guru membuat suasana yang mengejutkan atau menegangkan. Misalnya, dalam suatu adegan ceritera diciptakan detik-detik yang dramatis, menegangkan atau mengagetkan.
Jika dalam proses pembelajaran digunakan cara-cara dan alat-alat pemusat perhatian sebagaimana dicontohkan di atas, maka proses dan hasil belajar akan lebih baik karena perhatian memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun, karena perhatian seseorang sulit dipertahankan dalam waktu lama, maka perlu ada upaya agar perhatian siswa selalu terarah kepada pesan-pesan pembelajaran yang sedang dipelajari. Cara-cara yang dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian siswa/peserta belajar di antaranya:
a. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan siswa.
b. Menggunakan alat-alat pemusat perhatian seperti peta konsep, gambar, bagan, dan media-media pembelajaran visual lainnya.
c. Penyajian pesan pembelajaran dengan urutan dari umum ke khusus.
d. Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan topik-topik yang sudah dipelajari.
e. Menggunakan musik penyeling atau musik latar belakang (dalam hal pembelajaran melalui media audio).
f. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik siswa/peserta belajar.
g. Menciptakan suasana riang dengan melakukan akting yang dramatis, mengejutkan, mendebarkan, dan sebagainya.
h. Perubahan suara, irama, intonasi (misalnya dalam mengembangkan media pembelajaran, suara pelaku putra bergantian dengan suara pelaku putri).
i. Penggunaan suara latar belakang (yang relevan dan yang benar-benar diperlukan).
j. Teknik penyajian bervariasi (naratif diselingi dialog, diskusi, debat, dramatisasi, kunjungan ke lapangan, dan sebagainya).
k. Jika dalam suatu program pembelajaran mencakup beberapa tujuan atau materi bahasan, perlu jelas tujuan dan materinya.
l. Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan.
3. Prinsip partisipasi aktif siswa
Prinsip ketiga adalan partisipasi aktif siswa. Yang termasuk di dalamnya adalah meliputi aktifitas, kegiatan, atau proses mental, emosional maupun fisik. Contoh aktifitas mental misalnya mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk aktifitas emosional misalnya semangat, sikap positif terhadap belajar, motivasi, keriangan, dan lain-lain. Contoh aktifitas fisik misalnya melakukan gerakan badan dan/atau anggota badan lainnya, seperti tangan dan kaki untuk melakukan ketrampilan tertentu.
Proses belajar merupakan aktifitas pada diri siswa, baik aktifitas mental, emosional, maupun aktifitas fisik. Jika dalam proses pembelajaran siswa berpartisipasi aktif, maka proses dan hasil belajar akan meningkat. Cara-cara untuk mengaktifkan siswa di antaranya dengan memberi kesempatan pada siswa untuk menjelaskan atau mengemukakan pendapat dan gagasannya, melakukan gerakan, dan lain-lain. Siswa mengerjakan tugas, misalnya menjawab pertanyaan tertulis, membuat ringkasan, melakukan percobaan, dan sebagainya. Siswa menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan sesuatu. Mereka berinteraksi dengan guru, teman, media, atau sumber-sumber belajar lainnya melalui diskusi, tanya jawab, mengamati suatu proses atau model, dan lain lain.
Jika dalam proses pembelajaran siswa/peserta belajar berpartisipasi aktif (Cara Belajar Siswa Aktif), maka proses dan hasil belajar akan lebih baik. Partisipasi aktif dapat diwujudkan dalam bentuk aktifitas fisik, mental, maupun emosional dalam merespons materi pelajaran, sehingga respons yang diberikan siswa/si belajar bisa nampak (melakukan sesuatu secara fisik), bisa pula respons yang tidak nampak (memikirkan sesuatu, menganalisis, atau rnencari jawaban).
Cara-cara yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa/peserta belajar di samping dengan menggunakan cara-cara di atas (untuk memusatkan perhatian), juga dapat dengan:
a. Memberikan pertanyaan-pertanyaan ketika proses pembelajaran berlangsung.
b. Mengerjakan latihan pada setiap akhir suatu bahasan.
c. Membuat percobaan dan memikirkan jawaban atas hipotesis yang diajukan.
d. Membentuk kelompok belajar.
e. Menerapkan pembelajaran kontekstual, kooperatif, dan kolaboratif
4. Prinsip umpan balik
Prinsip keempat adalah umpan balik. Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai keberhasilan atau kemajuan serta kekurangan dalam belajarnya. Prinsip umpan balik menyatakan bahwa jika dalam proses belajar siswa diberitahukan kemajuan atau kelemahan dalam belajarnya, maka hasil belajarnya akan meningkat. Misalnya, seorang siswa berhasil memecahkan masalah yang dihadapinya guru memberikan pujian, maka siswa akan bersemangat dan lebih percaya diri. Demikian pula jika siswa mengalami kegagalan dalam belajarnya, kemudian guru memberikan informasi atau petunjuk atas aspek-aspek yang menyebabkan kegagalan belajarnya, maka siswa akan mencoba kembali belajar dengan berupaya mengatasi penyebab kegagalannya. Atau, jika siswa dalam mengerjakan tugasnya mengalami kesalahan kemudian diberi tahu penyebabnya, maka ia akan tahu di mana letak kesalahannya dan tidak akan mengulangi kesalahan tersebut.
Umpan balik di samping untuk memberi motivasi dalam belajar, berguna juga untuk mengoreksi pekerjaan siswa yang kurang tepat, agar siswa mengetahui bagian kegiatan belajar mana yang belum dikuasai atau mana yang sudah dikuasai dengan baik oleh siswa.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam memberikan umpan balik di antaranya dengan memberikan soal atau pertanyaan kepada siswa, kemudian memberitahukan jawabannya dengan benar. Memberikan tugas, kemudian memberitahukan apakah tugas yang dikerjakannya sudah benar atau belum. Kembalikan pekerjaan siswa yang telah dikoreksi, dinilai, atau diberi komentari catatan oleh guru.
Jika dalam proses pembelajaran digunakan umpan balik, maka proses dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Umpan balik sebagai upaya pemberian informasi kepada siswa/peserta belajar tentang hasil atau kemajuan belajar yang telah dicapainya, serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Jadi umpan balik berfungsi untuk memberikan konfirmasi ataupun koreksi terhadap proses dan hasil belajar siswa, agar siswa mengetahui kemajuan belajarnya, sehingga dapat melakukan tindakan selanjutnya dalam belajar.
5. Prinsip perulangan (repetition)
Prinsip kelima adalah perulangan. Maksudnya, mengulang-ulang penyajian informasi atau pesan pembelajaran. Jika dalam pembelajaran informasi disajikan berulang-ulang, maka proses dan hasil belajar akan lebih baik. Proses penguasaan materi pelajaran atau ketrampilan tertentu memerlukan perulangan. Tidak adanya perulangan akan mengakibatkan informasi atau pesan pembelajaran tidak bertahan lama dalam ingatan (retensi), dan informasi tersebut mudah dilupakan. Misalnya, dalam belajar seni suara perulangan akan sangat memegang peranan penting.
Upaya mengulangi informasi atau pesan pelajaran dapat dilakukan dengan cara yang sama dan dengan media yang sama (misalnya media kaset diputar berulang-ulang, atau membaca buku dua atau tiga kali). Perulangan dapat juga dengan cara yang berbeda dan dengan media yang berbeda pula. (misalnya setelah mendengarkan metode ceramah, siswa diminta untuk membaca buku dengan topik yang sama). Penggunaan epitome, advance organizer, rangkuman, ataupun kesimpulan juga bermanfaat sebagai perulangan.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan, jika dalam proses pembelajaran digunakan perulangan, maka proses dan hasil belajar akan lebih baik. Oleh sebab itu, pesan pembelajaran perlu disampaikan berulang-ulang. Perulangan dapat dilakukan dengan cara yang sama, atau dengan cara dan media yang berbeda-beda. Dalam program pembelajaran melalui media seperti program audio misalnya, prinsip perulangan sangat penting untuk diperhatikan. Siswa/peserta belajar akan mengalami kesulitan memahami pesan/informasi baru dengan hanya diperdengarkan sekali saja. Tanpa adanya perulangan, informasi akan sulit ditangkap dan mudah dilupakan. Maka dalam penyajian informasi perlu perulangan misalnya dengan teknik:
a. Dalam media audio, informasi dibaca terlebih dahulu oleh narator, kemudian diulangi oleh pelaku-pelaku lain atau sebaliknya. Perulangan untuk semua informasi atau pada inti informasinya saja.
b. Dalam mengulang digunakan isyarat misalnya, “sekali lagi”, “dengan kata lain” dan sebagainya.
c. Memberikan tinjauan selintas selintas (pada awal atau akhir uraian).
d. Membuat ringkasan (inti isi) pada awal atau akhir uraian, atau dapat juga membuat kesimpulan.
e. Guru menyajikan pelajaran secara lisan, kemudian menugaskan siswa untuk membaca atau menggambarkan, mendengarkan kaset yang topik bahasannya sama dengan yang telah diuraikan guru.
f. Perulangan dapat komunikasi audio dan komunikasi visual, secara bervariasi.
0 komentar:
Posting Komentar